-->
Asyiknya Berendam di Air Panas Penatahan Bali
Bali memang terkenal dengan objek wisata pantainya terutama pantai Kuta, namun hal ini bukan berarti Bali tidak memiliki objek wisata yang menarik lainnya, sebab Bali menyuguhkan berbagai tempat-tempat wisata menarik lainnya diantaranya Ubud Bali, Danau Beratan, Air terjun gitgit dan banyak yang lainnya, tidak terkecuali objek wisata yang satu ini yakni Air Panas Penatahan. Pulau Bali selain menyajikan keindahan alam pantai juga menyuguhkan objek wisata pemandian air panas alami, selain Air Panas Angseri dan Air Panas Banyuwedang, di bali pun terdapat pemandian air panas penatahan. Berbeda dengan berbagai objek wisata lainnya, di tempat objek wisata air panas penatahan ini anda akan menikmati keindahan panorama dan pemandangan alam yang eksotik, dimana sawah-sawah yang berundak melatarbelakangi pemandangan sebelah kanan dan kirinya.


Lokasi dan Sumber Air
Objek wisata air panas penatahan ini berlokasi di kabupaten Tabanan, lebih tepatnya terletak di Desa Penatahan Kecamatan Penebal, yang jaraknya kurang lebih 34 km dari Denpasar Bali, atau sekitar 13 km ke utara dari kota Tabanan. Berbeda dengan air panas Banyuwedang yang bersumber dari tepi pantai, mata air panas penatahan bersumber dari salah satu tepi sungai yang biasa di panggil sungai Yeh Ho, yang muncul dari bawah pohon beringin dan dari dalam sebuah pura. Oleh sebab itu air panas ini di sebut dengan sebutan Yeh Panes oleh masyarakat sekitar. Untuk kadar belerang dan kadar mineral lainnya, menurut hasil penelitian air panas ini sama dengan air panas Banyuwedang, sehingga disinyalir baik digunakan untuk terapi pengobatan

Sejarah
Menurut sejarah yang menjadi perbincangan di kalangan masyarakat atau yang dikenal dengan cerita rakyat, menurut kepercayaan masyarakat setempat, awal mula munculnya air panas ini diceritakan berawal dari sebuah permohonan sang raja yang tertimpa penyakit. Dahulu terdapat satu kerajaan yang bernama Kerajaan Penulisan, yang di pimpin oleh seorang raja yang bernama Jaya Wikrama, pada waktu itu sang raja mengalami penderitaan terkena penyakit kulit yang sudah sangat parah. Sang raja memiliki seorang patih yang bernama Patih Agus Satya Wacana, sang patih menyarankan sang raja untuk berobat ke Pedukuhan (Lampah) yang terletak di sebelah Utara Hutan Rajeg Uru (yang sekarang diberi nama Desa Jegu) di pinggir Sungai Ho, yakni kepada seseorang dukuh yang bernama Ki Dukuh Tangkas. Pada saat perjalanan menuju tempat Ki Dukuh Tangkas, sang raja mendapat godaan dari seekor kera, dan ternyata kera tersebut merupakan among-among atau kera kesayangan Ki Dukuh Tangkas. Singkat cerita Ki Dukuh Tangkas sudah mengetahui maksud dan tujuan sang Raja, sehingga Ki Dukuh mengajarkan pengobatan yang bernamaUsadha Bhaktam atau Usadha Bhakti,yakni bersemadhi atau bermeditasi. Suatu hari yang baik, dengan dibimbing oleh Ki Dukuh Sang Raja melakukan semadhi dengan duduk bersila, atas waranugraha Ida Sang Hyang Widi Wasa dan kekuatan batin menyemburlah air panas dari dalam tanah, lantas Ki Dukuh menyarankan Sang Raja untuk mandi setiap Kajeng Kliwon Uwu sehingga sampai sang raja dapat tersembuhkan dari penyakitnya.
Setelah sembuh dari penyakitnya, Sang Raja mendirikan sebuah Pura yang bernama Pura We Brahma atau Toya Anget ditempat itu. Sedangkan tempat Pedukuhan tersebut didirikan sebuah tempat suci yang bernama Pura Lampah sebagai Tugu peringatan di sebelah Timur Yeh Panes (sekarang) oleh para siswa dan sentana Ki Dukuh. Kemudian Banjarnya diberi nama Bangkiang Sidem yang artinya Sang Raja telah sembuh, diberi nama Penatahan yang berarti perjalanan beliau lancar. Semua bangunan peninggalan ini merupakan sebagai ucapan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa

LihatTutupKomentar