Bali merupakan tanah dewata yang menakjubkan banyak orang. Setiap jengkalnya seolah memiliki semburat keindahan dan daya magis yang tak bisa dinalar. Makanya tak heran kalau musisi kaliber dunia sekelas Michael Jackson sampai berniat ingin memiliki pulau yang sarat dengan keindahan ini. Dan salah satu spot tanah impian di Bali ialah Beraban, Selemadeg Timur, Tabanan yang terkenal dengan desa agrowisata. Kalau dari Bandara Ngurah Rai desa ini bisa ditempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam saja (55 km) dengan menggunakan kendaraan bermotor.
Desa ini dinyatakan sebagai desa wisata secara resmi pada tahun 2001 yang kala itu ditandai dengan momen penandatanganan sebuah prasati oleh Gede Ardika yang menjabat sebagai Menteri Pariwisata RI. Masyarakat di desa ini mengusung konsep Tri Hita Karana yakni hubungan yang seimbang dan selaras antara manusia dengan Khalik, dengan sesama manusia dan dengan alam. Mayoritas masyarakat di desa ini bekerja sebagai petani dan menjadi penyuplai beras bagi desa-desa lainnya di Bali.
Di Beraban, Selemadeg Timur, Tabanan ini ada sebuah sungai yang airnya memiliki aliran cukup deras sehingga banyak wisatawan yang menjadikannya sebagai sarana untuk rafting. Kemudian daya tarik lainnya ialah keberadaan arsitektural bangunan-bangunan bercorak Bali yang banyak memikat kalangan turis asing. Dan disebelah barat desa ada sebuah pura spot wisata yang sudah sangat populer yakni Pura Tanah Lot. Tentu Anda pernah mendengarnya bahkan mengunjunginya bukan?
Untuk mengenal lebih dekat beraban, berikut informasi yang dapat dijadikan referensi.
SEJARAH SINGKAT ASAL USUL DESA BERABAN
Mengingat sampai saat ini dirasakan kurangnya imformasi yang memadai khususnya bagi Generasi Muda , maka timbulah niat serta keberanian kami untuk menyusun serta menulis secara singkat mengenai asal usul Desa Beraban. melalui sumber – sumber yang layak dipercayai untuk diketengahkan hingga berhasil terwujudnya tulisan ini , adanya cerita-cerita rakyat yang dikaitkan dengan prasasti yang berupa sebuah lontar tua masih tersimpan disalah satu keluarga di Desa Beraban ( Geria Batu Buah ) Pada Kulit lontar itu tertera “ Empu Pranadnyana Siwa 2 “.
Di dalam lontar tersebut terketiklah tahun Icaka 1116 , “ Titi paksa ruwa welas “ merupakan awal cerita yang diceritakan berlangsungnya permusyawarahan para Empu di Toh Langkir ( Gunung Agung ). Diceritakan pula jaman keemasan Dinasti Dalem di Gelgel , pergeseran / perpindahan pemukiman di Desa Beraban serta kedatangan Dang Hyang Dwijendra di Pura Tanah Lot.
Asal usul nama Desa Beraban nama suatu tempat ataupun Desa pada umumnya didasarkan atas suatu peristiwa baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif atau dikaitkan pula dengan berbagai hal berbagai peringatan dari peristiwa atau hal tersebut. Demikian juga halnya Desa Beraban yang berlokasi di dekat pantai Tanah Lot di wilayah Kecamatan Kediri , Daerah Tingkat II Tabanan. Asal usulnya berkaitan erat dengan pergeseran / perpindahan pemukiman penduduk yang semula bermukim di sepanjang pantai mengalih ketengah.
Pemukiman di pesisir pantai diawali dengan kedatangan “Dalem Kresna Kepakisan“ ke Bali pada awal tahun 1380. Beliau diiringi oleh para Arya , para Rsi dan banyak pengikutnya yang lain. Tersebut juga di dalam Lontar itu Beliau beserta rombongan menuju tempat yang dianggap suci yakni : SILA NGUNGANG yang kini disebut Batungaus (disebelah timur pura Tanah Lot).
Beberapa pengikut Beliau tidak ikut melanjutkan perjalanan , bahkan membuat pemukiman di sepanjang pantai ke barat, yang namanya disesuaikan dengan keadaan alam dan lingkungan , seperti Batu Ngemped , Batu Gang, dan lain sebagainya. Dikisah juga didalam lontar “ Empu Pradnyana Siwa “ adanya seorang gadis cantik yang lahir dari “Pilahingwatu“. Di pemukiman Batu Gang ( Batugaing ) kejelitaan itulah yang pada akhirnya mengundang bencana , dimana “ Ki Dawang “ pelarian dari “ Kunir Lidah “ (sekarang disebut Nyitdah) , menggoda si anak Gadis tersebut, yang akhirnya menimbulkan keributan dan kegaduhan di seluruh pemukiman tersebut “ KEBEREBEHAN DENING KALA “. Untuk menenangkan suasana para Rsi / Bagawanta mendirikan suatu pura Prahahyangan penyimpan kala yang sekarang disebutr pura “ Kali Pisang “. Yang terletak di Pangkung Tibah disebelah Barat Desa Beraban. Dari kata “ BEREBEHAN “ inilan berubah menjadi “ BERABAN “.
Dijaman pemerintahan Dalem khususnya Dalem Baturenggong, struktur politik dan kenegaraan Keraton Gelgel lebih mendekati Sistim Negara Kesatuan. Semua penguasa Daerah di Bali bertanggung jawab langsung kepada Penguasa tertinggi di Gelgel. Dengan restu Gelgel diangkatlah Ki Bendesa Beraban selaku Penguasa di Desa Beraban , di dampingi oleh para Rsi / Bagawanta. Pada saat Ki Bendesa Berabanlah datangnya “ Dang Hyang Dwijandra “ ( Tahun 1578 ) di Desa Beraban, dan melakukan penyucian diri di “ Gili Bio “ , yang artinya pulau ditengah laut ( Sekarang dengan nama Pura Tanah Lot ).
Sesaat Dang Hyang Dwijendra meninggalkan Desa Beraban , Beliau sempat menghadiahkan sebuah keris Pusaka atau Pasupati yang diberi nama “ Ki Baru Gajah “. Beberapa tahun kemudian Ki Bendesa Beraban membuktikan keampuhan Keris Pusaka tersebut terhadap musuhnya “ Ida Dalem “ , Ibhuta Raja Kala Bebaung “ yang sedang merajalela di Baliling ( Buleleng ). Setelah tewasnya Ibhuta Raja Kala Bebaung , Ki Bendesa Sakti Beraban menuntut Janji terhadap Ida Dalem , yang mana Dalem dengan berat hati dan terpaksa menyerahkan permaisurinya yang sedang hamil tua , dengan syarat agar jangan di campuri sebelum kandungan tersebut lahir. Putra Dalem kemudian lahir dalam perjalanan di Nyitdah , serta diberi nama Satrya Pungakan Dalem .
Keris itu kemudian diserahkan kepada Satrya Pungakan Dalem , yang akhirnya karena suatu dan lain hal Keris itu pindah ketangan Arya , serta kini disimpan di Puri Kediri. Pada tahun 1686 , pindahnya Kerajaan Dalem dari Gelgel ke Klungkung (Puri Semara Pura) Politik dan sistim dan Kenegaraan lebih mendekati sistim Konfederasi , dimana fungsi Klungkung tidak lagi sebagai Penguasa Politik Tertinggi.
Pada saat itu pula , Kerajaan Menguwi mencapai puncak kejayaanya , serta sempat memporakporandakan Desa Beraban dalam menjalankan expansinya . Disaat jatuhnya Menguwi terjadi lagi perpindahan Pemukiman Penduduk , seperti Pasekan pindah ke Gegelang , Batu Ngemped dan Njung Pura ke Dukuh. itu pulalah merupakan tonggak awal pembenahan struktur Desa , yang sudah barang tentu perubahan – perubahannya mengikuti perkembangan zaman dan Era pembangunan. Lahirnya beberapa Banjar / Dusun. Setelah terkepungnya kerajaan Menguwi oleh laskar Tabanan dan Badung, barulah adanya ketenangan dan ketentraman , termasuk pula Desa Beraban mulai berbenah diri mengaktifkan masing-masing Banjar yang ada diwilayah Desa Beraban.
Adapun Bebanjaran yang mewilayahi Desa Beraban pemberian namanya telah dikaitkan / disesuaikan dengan Letak , Denah dan juga peringatan dari pada suatu peristiwa sangat erat kaitannya dengan peristiwa atau kejadian seorang Gadis Cantik (bernama PARIENG WARINGIN) yang pernah membawa bencana atau malapetaka “ Keberebehan “, sehingga merupakan kesan dan kenangan yang tidak bisa dihapuskan maka wujud dan pigur si “ PARIENG WARINGIN “ diwujudkan dalam struktur Desa membujur dari utara kearah selatan menuju laut. Paling ujung utara merupakan Hulu atau Kepala adalah Banjar “ ULU DESA “ turun kebawah yang merupakan leher, Banjar “ GEGELANG “ berasal dari kata “ LANGGA ” artinya tenggorokan. Banjar “ BATU BUAH “ (sekarang BATANBUAH ) merupakan “ Payudara “, Banjar Beraban, terletak dititik tengah antara batas utara dan selatan ( Laut ) merupakan “ NAVEL “ NYA Desa, terbukti parahyangan “PUSER TASIK“, di Banjar Beraban , sehingga nama banjar disamakan dengan nama Desa. Banjar Batu Gang ( Sekarang Batugaing ) merupakan Boga ( Pagina ).
Adapun Banjar Dukuh atau Kukuh yang artinya “ Tahan “, merupakan orang – orang yang kuat menahan diri untuk melepaskan keduniawian , yang juga merupakan tangan kanannya Disebelah kiri adalah Banjar Sinjuana , berasal dari kata “ Sindhu dan Wana “ yang artinya hutan rawa. Konon dulu sebelum Kerajaan Menguwi merupakan batas wilayah Beraban. Sedangkan banjar yang terakhir terletak di tapal batas timur Desa , sekarang merupakan pemukiman orang – orang yang di beri nama Suaka pada jaman kerajaan Menguwi. Mereka berjanji untuk memenuhi semua peraturan dan tatatertib yang berlaku di Desa Beraban Dari kata Janji lahirlah banjar Nyanyi.
PEMERINTAHAN DESA
Dari segi Pemerintahan saat ini desa Beraban terbagi atas :
Banjar dinas yaitu :
No
|
Nama Banjar
|
|
1. Br.
Ulundesa
2. Br.
Gegelang
3. Br.
Batanbuah Kaja
4. Br. Batanbuah
5. Br. Beraban
6. Br. Batugaing Kaja
7. Br. Batugaing
8. Br. Dukuh
9. Br Sinjuana
10. Br Nyanyi
|
|
1. Br. Adat Ulundesa
2. Br. Adat Gegelang
3. Br. Adat Batanbuah Kaja
4. Br. Adat Batanbuah
5. Br. Adat Beraban
6. Br. Adat Batugaing Kaja
7. Br. Adat Batugaing
8. Br. Adat Dukuh
9. Br. Adat Enjungpura
10. Br. Adat Sinjuana Kaja
11. Br Adat Sinjuana Tengah
12. Br Adat Sinjuana Kelod
13. Br Adat Nyanyi
|
sebenarnya ada dua Banjar Adat lagi yang masuk wilayah Desa Adat Pakraman Beraban tapi dua Banjar ini tidak masuk wilayah Desa Beraban yaitu Banjar Adat Kebon dan Banjar Adat Pasti mereka masuk Desa Pandak Gede sehingga Desa Beraban hanya terdiri dari 10 Banjar Dinas dan 13 Banjar Adat.
Kondisi Fisik
Secara tofografi, Desa Beraban Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan merupakan daerah landai dengan ketinggian 0 s/d 45 meter diatas permukaan laut, curah hujan relatif tinggi, dengan batas wilayah administratif sebagai berikut :
• di sebelah Utara Subak Gadon I (Desa Pandak Gede),
• di sebelah Timur Sungai Yeh Sungi ( Desa Buwit )
• di sebelah Selatan Samudra Indonesia
• di sebelah Barat Sungai Yeh Kutikan ( Desa Belalang )
Luas wilayah Desa Beraban, 692 km2 dengan jarak tempuh sekitar 10 – 15 menit dari kota kecamatan dengan jarak 10 km dan sekitar 20 – 30 menit dari kota kabupaten dengan jarak 13 km.
Kondisi Geografis
Dari segi geografis, desa Beraban merupakan daerah yang cocok untuk pertanian, subur dan mempunyai curah hujan yang cukup tinggi sehingga petani padi sebagai mayoritas. Selain itu, desa Beraban juga merupakan daerah tujuan wisata dengan obyek wisata Pantai Tanah Lot. Untuk mengurus dibidang pertanian di desa Beraban ada 2 Pekaseh yaitu pekaseh subak Gadon II dan Gadon III yang beranggotakan sekitar 25 orang subak yang memimpin langsung krama subak yang menggarap lahan lebih kurang 250 Ha. Selain itu saat ini di masyarakat juga telah terbentuk kelompok tani yang pada akhirnya akan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat seperti kelompok ternak yang tergabung dalam KUBE (Kelompok Usaha Bersama ) sebagai usaha bersama memelihara ternak sapi. Selain ternak sapi di masing – masing keluarga juga memelihara babi sebagai penambah penghasilan walaupun tidak berbentuk kelompok. Selain sebagai petani masyarakat Desa Beraban cukup banyak sebagai pedagang barang – barang kerajinan seni seperti patung, gantungan kunci,lukisan dll. Namun walau demikian barang seni tersebut belum merupakan hasil kerajinan di Desa Beraban, karena kebanyakan masih di datangkan dari daerah lain.
Kondisi Demografi
Dari segi kependudukan , jenis pekerjaan masyarakat masih didominasi dari sebagai petani dan buruh ( Pegawai swasta ). Saat ini sampai akhir tahun 2012 berdasarkan laporan Kelian Banjar Dinas Penduduk Desa Beraban berjumlah 6234 orang terdiri dari :
Laki – laki : 3045 orang
Perempuan : 3189 orang
Jumlah Kepala Keluarga : 1732 KK
ditambah lagi 24 orang Warga Negara Asing sebagai tenaga kerja di Nirwana Bali Resort yang sekarang bernama Pan Fasific.
Dari jenis mata pencaharian penduduk Desa beraban dapat dibagi menjadi :
1
|
Jenis Mata Pencaharian
|
Jumlah (Jiwa)
|
1
|
Pegawai
Negeri Sipil
|
180
|
2
|
ABRI
|
19
|
3
|
Pegawai
swasta
|
1268
|
4
|
Wiraswasta(pedagang)
|
760
|
5
|
Petani
|
1014
|
6
|
Pertukangan
|
340
|
7
|
Buruh tani
|
244
|
8
|
Pensiunan
|
33
|
9
|
Nelayan
|
15
|
10
|
Jasa
|
45
|
• Pura Dangin Bingin
• Pura Pekendungan dan Pura Tanah Lot
• Pura Alas Bomo
• Pura Tri Khayangan ( Pr Puseh, Pura Dalem dan Pura Desa )
- Selain pura – pura diatas ada juga pura yang berdiri dimasing – masing banjar seperti : Pura Batan Kapuk di Ulundesa,Pura Bale Pegat di Gegelang dll.
Dari segi agama ,suku/etnis dan ras sampai akhir tahun 2012 dapat golongkan sebagai berikut :
A g a m a
No
|
Agama
|
Jumlah Pemeluk (Jiwa)
|
1
|
Hindu
|
6.180
|
2
|
Islam
|
25
|
3
|
Kristen
protestan
|
10
|
4
|
Kristen
Katholik
|
15
|
5
|
Budha
|
4
|
Suku/Etnis
No
|
Suku / Etnis
|
Jumlah (Jiwa)
|
1
|
Bali
|
6.201
|
2
|
Jawa
|
27
|
3
|
Sasak
|
3
|
Ras
No
|
Ras
|
Jumlah (Jiwa)
|
1
|
Cina
|
4
|
Potensi Wisata
Desa
Beraban memiliki tempat wisata seperti yang sudah dikenal selama yaitu Pantai Tanah Lot dan selain itu ada lagi yang merupakan potensi yang mungkin dapat dikembangkan yaitu :
• pantai Nyanyi mengingat pantai ini mempunyai ombak yang bagus untuk selancar dan pemandangan matahari terbenamnya.
• wisata tracking menyusuri jalan galiran diantara persawahan dari Tanah Lot menuju Pantai Nyanyi sambil melihat Gunung Batukaru di kejauhan dan persawahan yang tertata rapi.
Sebagai penunjang pariwisata di desa Beraban telah ada juga berdiri Hotel,Villa, Pondok Wisata, Lapangan Golf, kelompok – kelompok yang melayani angkutan pariwisata.
Hotel/Villa / Pondok Wisata yang ada di Desa Beraban antara lain:
1. Pan Pasifik Hotel
2. Dewi Sinta Hotel dan Resataurant
3. Mutiara Tanah Lot
4. Pondok Wisata Astiti Graha
5. Villa Avatara
Demikian Informasi singkat mengenai desa Beraba di Bali, semoga ada manfaatnya bagi generasi yang akan datang.
Nah, dengan segala keunikan yang di
miliki oleh Beraban, Selemadeg Timur, Tabanan ini, tertarikkah Anda untuk mengunjunginya?
Sumber : http://kediri.tabanankab.go.id/